Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Kisah Cinta di Masa Putih Abu

Kisah Cinta di Masa Putih Abu - Di ceritakan pada suatu hari saya baru saja lulus dari sekolah menengah pertama (SMP) dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Ketika ingin melanjutkan ke SMA banyak keputusan yang harus di pertimbangkan karena mengingat banyaknya sekolah menengah atas di daerah saya.


Saya pun membulatkan keputusan untuk melanjutkan SMA saya lebih jauh ketimbang sekolah SMP dulu. Jaraknya sekitar kurang lebih 15 KM, jika ditempuh naik kendaraan umum 30 menit dan naik motor kurang lebih 15 menit.

Sebelum ingin masuk ke sekolah SMA banyak formulir yang harus di kerjakan dan di serahkan ke pihak sekolah SMA yang saya tuju. Tapi ini semua saya sudah mewakilkan ke salah satu guru yang ada di SMP, jadinya saya hanya datang ke sekolah SMA jika ada pendaftaran ulang.

Hari terus berlalu dengan seiring berjalannya waktu, pada saat itu saya belum memikirkan mengambil jurusan apa karena memang sangat polos-polosnya. Sayapun datang ke sekolah SMA untuk mendaftar ulang. Rasa cemas dan bingung saya rasakan saat itu karena tidak ada seorang pun yang saya kenal (saat itu saya berangkat daftar ulang sendiri).

Saya sempat di tolak oleh guru TU di sekolah SMA tersebut karena tidak membawa uang. Memang saya tidak tahu bahwasannya pendaftaran ulang harus membayar masuk ke sekolahan tersebut. Namun guru TU tersebut memberi keringanan terhadap saya dan memberi jangka waktu beberapa hari untuk datang lagi mendaftar ulang kembali.

Untung di dalam ruangan tersebut tidak mengetahui bahwa saya dalam posisi masalah. Dengan sigap dan tidak menunjukkan rasa malu saya, saya menutupi semuanya dengan keadaan baik-baik saja di hadapan orang orang banyak sedang mendaftar ulang.

Memang saat itu saya kurang terfokus akan informasi karena minimnya alat komunikasi. Setelah sampai dirumah saya memberitahukan bahwasannya daftar ulang harus dibarengi bayaran sekolah minimal DP terlebih dahulu.

Beberapa hari kemudian..
Saya mendatangi kembali ke sekolah dengan tujuan untuk membayar masuk sekolah dan mendaftarkan ulang kembali. Semuanya berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala sedikitpun. Guru TU pun memberikan kertas yang berisikan undangan di hari tertentu sebagai masuk sekolah pertama di masa putih abu tersebut.

Di hari masuk sekolah putih abu pun di mulai. Kali ini pakaian yang saya kenakan masih menggunakan pakaian SMP sehubung pihak sekolah SMA belum memberikan arahannya untuk langsung memakai seragam SMA.

Kala itu saya di satukan dalam ruangan yang di beri nama dengan GUGUS delapan. Tak ada seorangpun yang saya kenal melainkan harus mengenalkan diri dengan teman teman baru. Teman teman semasa SMP saya pun teracak dan tak ada seorangpun teman SMP saya dalam satu gugus.

Saya pun mulai memperkenalkan diri dengan teman duduk satu bangku saya, akhirnya disana terjadi pembicaraan saling menanyakan.

Sebelumnya dalam ruangan gugus ini saya diberikan kertas ulangan dan mengisi formulir dimana saya akan di tempatkan (antara IPA dan IPS). Saya pun mengambil jurusan IPA karena terpandang keren dan ingin mencari pengalaman baru. Sesegera formulir saya isi dengan sungguh-sungguh agar nantinya saya di tempatkan di jurusan IPA.

Waktu terus berlalu..
Masa-masa orientasi pun sudah di lalui, akhirnya saya harus masuk sekolah pada hari senin dan memakai seragam putih abu. Setelah upacara selesai, saatnya hati ini merasakan kecemasan karena pengumuman pembagian jurusan siswa siswi sekolah SMA.

Disini saya duduk termenung mendengarkan baik-baik apa yang di bicarakan oleh pihak sekolah. Namun saya sedikit kurang fokus sehingga sampai sampai teman saya memberitahukan bahwasannya saya ditempatkan di jurusan IPA 1. Saya merasa heran dan tidak percaya apakah benar demikian. Bukan bahagia yang saya rasakan namun kecemasan karena infomasi dari teman saya benar atau tidaknya.

Saya pun bergegas masuk ke ruangan IPA 1 yang telah di tunjukkan oleh pihak sekolah. Benar saja, saya merasa keheranan bahwasannya saya benar benar ditempatkan di jurusan IPA. Pihak sekolah pun mengabsen ulang kembali, disini saya benar benar fokus untuk mendengarkannya, dan memang benar urutan nama saya berada di pertengahan keseluruhan siswa siswi yang berada di jurusan IPA 1 tersebut. Saya pun merasa bahagia dan tidak bingung lagi karena sudah jelas saya berada di kelas IPA.

Dalam satu kelas terdapat 10 laki-laki dan sisanya perempuan dari 40 siswa. Ini membuktikan betapa ketatnya persaingan di kelas tersebut. Sebenarnya perasaan mengatakan minder karena saya memang tidak sepintar orang orang yang berada dalam satu kelas tersebut.

Namun anehnya saat di dalam kelas saya terfokus ke salah satu perempuan tinggi dan cantik. Dia kelihatan cuek dan jutek. Terlihat jelas dari muka wajahnya, namun kala itu entah kenapa saya menyukainya.

Rasa suka kala itu hanya sebatas terlintas saja dalam hati saya, bukan berarti saya langsung jatuh cinta. Entah apa yang saya rasakan saat itu sehingga langsung menyukainya walaupun baru pertama kali melihatnya.

Disini saya dan dia belum saling mengenal satu sama lain. Saya kira dia orangnya susah untuk akrab dengan orang yang baru dikenalnya. Ternyata dalam jangka waktu satu bulanan saya dengan dia sempat disatukan dalam sebuah perlombaan yang diadakan pihak osis di sekolah tersebut (bisa dikatakan 17 agustusan). Kala itu saya dan dia akan mengikuti perlombaan memukul benda dan diarahkan oleh teman se-timnya. Disini saya merasakan bahagia dan senang bisa sedikit demi sedikit mengenalnya dan mulai ngobrol (walaupun obrolannya hanya tentang perlombaan kala itu).

Namun semuanya kandas karena dia mengikuti perlombaannya dengan temannya (perempuan). Memang saat itu saya sedang shalat dzuhur terlebih dahulu. Jadi saat dipanggil kelas IPA 1, saya dalam keadaan di mushola sedang shalat. Dengan bergegas dia cari teman untuk mengikuti perlombaan tersebut.

Tapi walaupun saya dan dia gagal untuk menjadi satu tim dalam mengikuti perlombaan tapi setidaknya saya bisa perlahan-lahan mengobrol dengan dia walaupun masih ada rasa malu.

Hari terus berlalu, saat di kelas sepuluh ini malah saya belum terlalu dekat dengan dia. Bahkan saat itu dia mempunyai pacar kaka kelasnya sendiri, disini saya hanya melihat dari kejauhan jika dia terus didatangi pacarnya itu di dalam kelas saat istirahat tiba.

Mungkin saya juga baru sekedar menyukainya belum sampai ke tahapan jatuh cinta jadi belum terlalu terus memperhatikannya.

===========
Singkat cerita
===========

Sayapun beranjak naik ke kelas sebelas dengan perolehan nilai yang cukup baik. Namun rasa suka dengan teman sekelas masih bisa saya rasakan. Sayapun heran kenapa saya suka dengan dia, belum tentu dia menyukai saya. Tapi saya tidak merasa keberatan dengan hal tersebut biarlah waktu yang akan menjawabnya.

Di kelas sebelas ini saya semakin akrab dengan dia, hingga pernah bermain game dimeja kelas berdua dan dianggap oleh teman kelas lainnya saya dan dia PDKT padahal tidak sama sekali. Disini saya mulai merasakan kenyamanan dan benar-benar nyaman dengan dia. Apakah memang saat itu perasaan saya saja ataukah dia juga merasakannya? Hal ini membuat saya merasa baper dan mulai merasakan percikkan cinta yang jatuh dalam hati saya.

Kalau memang ini sekedar suka tapi kenapa dibarengi dengan rasa nyaman. Saya terus terheran heran, apakah memang benar perlahan-lahan saya jatuh cinta? Tapi semuanya saya sembunyikan rapat-rapat dan tidak memberitahukan kepada teman dekat saya terutama mengungkapkan perasaan kepada dia.

Semakin haripun dia selalu bercanda dengan saya, walaupun dalam candaan tersebut tidak ada kaitannya dengan rasa suka tapi semakin hari saya dan dia saling mengenal.

Suatu hari pernah di sekolah diadakannya sebuah seminar dalam satu ruangan. Kebetulan atau tidaknya ketika saya duduk, di samping kanan saya adalah dia. Saat itu tak sengaja kami bertatap muka sambil mengeluarkan kata kata yang sama persis di ucapkan. Saya tersenyum malu hingga menatap wajahnya dan diapun tersenyum sambil mencubit saya.

Dari sini rasa suka saya mulai naik level ke jatuh cinta. Namun lagi-lagi saya tak sanggup mengungkapkan perasaan kepada dia. Karena saya pikir jika saya mengungkapkan perasaan kepada dia, saya takut dia tidak sama dengan perasaan saya (hanya sebatas teman kelas saja tidak lebih). Lebih baik saya menutup mulut dan tidak langsung mengungkapkannya karena saya tak sanggup jika suatu saat gara gara soal cinta aku dan dia saling membenci. Jadi lebih baik mencintainya dalam diam.

Sehari hari saya terkadang memperhatikannya tanpa sepengetahuan siapapun terutama teman dekat saya.

Dengan seiring berjalannya waktu, saya pun tak terasa sudah naik ke kelas dua belas. Ternyata yang saya rasakan ketika naik ke kelas dua belas adalah beban tugas yang pasti membebani kedepannya. Mengingat saya selalu mendengar keluhan kaka kelas yang baru saja lulus sekolah SMA.

Memang benar setelah naik ke kelas dua belas tugas semakin hari semakin menumpuk, apalagi saat semester satu.

~ Di kelas dua belas semester satu ini cerita yang sesungguhnya di mulai ~

Pada saat saya dan teman teman kelas akan melaksanakan olahraga, biasanya olahraga selalu di laksanakan di luar kelas. Pada saat itu olahraga di laksanakan di dekat mushola sekolah.

Candaan dia ketika olahraga ini membuat kami berdua semakin akrab. Karena candaan dia saat itu mengisahkan saya dan dia sudah menikah, dan dia memanggil saya "Ayah" dengan kata "Ayah kalau kamu genit aku ga bakalan buka pintu". Saya sendiri mendengarnya sangat jengkel dan hanya tertawa saja.

Namun dengan berjalannya waktu dan terus terusan bercanda seperti itu, saya semakin mengikuti gaya dia dan meladeni candaannya tersebut. Hingga-hingga rasa suka yang sudah menjadi jatuh cinta pun semakin menjadi-jadi walaupun dengan candaan tersebut (memang saya ini orangnya baperan).

Hingga saat itu saya merasakan kalau dia juga suka kepada saya. Walaupun hanya tebakan namun dari candaannya ini berbeda dengan candaan biasa. Candaan ini mengartikan bahwasannya dia juga menyukai saya. Ya, mungkin ini hanya perasaan saya sendiri belum tentu benar.

"Candaan dia membawa berkah cinta yang timbul dalam hati."

Tak heran jika saya dan dia di kelas selalu duduk berdua jika tidak ada guru di kelas, alih-alih mengerjakan tugas bersama namun dalam hati saya memang ingin dengan dia. Ternyata adanya tugas juga membuat saya dan dia semakin erat. Tak hanya itu, karena saat itu tugas sangat banyak dan sampai-sampai membutuhkan kertas folio lebih dari lima, saya sering mengerjakannya dengan dia dan saling membantu.

Saya mencium wangi pakaiannya dia semakin tambah nyaman saat itu. Sehingga perasaan saya tak ingin pulang ke rumah dan selalu mengerjakan tugas (maklum moment ini adalah yang akan dirindukan suatu saat nanti).

Tak menghiraukan apa kata teman sekelas, walaupun saya duduk berdua dengan dia. Karena semuanya sirna dengan rasa nyaman dan terfokus mengerjakan tugas.

Di mulai dari sini saya mendekatkan diri dengan dia melalui pesan BBM . Memang saat itu lagi zamannya BBM. Di mulai dari menanyakan PR, tugas, dan lain sebagainya bertujuan ingin lebih dekat lagi dengan dia.

Perlahan demi perlahan saya dan dia saling chattingan satu sama lain. Hingga saya dan dia mempunyai nama panggilannya masing-masing. Saya memanggil dia dengan sebutan "Nong" dan dia memanggil saya "Kong".

Sering kali ketika malam tiba saya merindukan dia dengan ada notif pesan "Kong, besok apa aja PR nya?" Dalam pesan tersebut. Walaupun bukan kata romantis namun dengan begitu chattingan saling menanyakan satu sama lain akan di mulai. Kebanyakan memang saya yang sering menanyakan hal itu.

Di kelaspun saya dan dia sudah tak terkontrol lagi seperti sudah saling mencintai namun keduanya bisu berkata cinta. Saling duduk berdua, hingga berpegangan tangan walaupun hanya sebatas candaan.

Yang paling menyedihkan, disaat pesan dia tidak saya balas semalaman. Dia berkata "Sakit pesan aku gak dibales sama kamu (sambil mencubit dan berkata pelan)" . Saat dia bilang seperti itu dia dalam keadaan sedih dan seperti lagi galau. Langsung saja saya menjelaskan kepada dia dengan jelas. Akhirnya diapun mengerti apa yang saya bicarakan.

Ke esokan harinya, saya dan dia pun masih sering berduaan di kelas. Hingga suatu saat itu saya dan dia saling berkata "Promise", entah apa maksudnya kami berdua bilang seperti itu sambil mengacungkan jari kelingking. Kami berdua seperti sudah saling mencintai kala itu namun lagi lagi semuanya bisu berkata cinta.

Namun tak di sangka, ketika guru biologi mempunyai program Asdos (asisten dosen) siapa saja yang terpilih akan menjelaskan materi yang akan di bahas guru tersebut. Di sini hanya dua orang murid yang ditunjuk setiap seminggu sekali. Lagi lagi kebetulan atau tidaknya, saya terpilih menjelaskan "GLIKOLISIS" bersama dia. Dalam hati saya berkata, ko bisa kebetulan seperti ini. Tadinya menjadi asdos adalah hal yang menyeramkan ternyata ketika di satukan dalam orang yang kita cintai membuat semangat dan bahagia.

Dalam pesan sms pun kami berdua membagi-bagi bagian mana yang harus dijelaskan. Ternyata dia sudah membaginya dan merangkumnya, saya hanya menghafalnya saja buat menjelaskan di besok pagi.

Tidak ada kecemasan sekali pun, hanya berdebar saja dalam hati karena saya takut salah tingkah saat menjelaskan didepan anak kelas nantinya. Tapi semuanya lancar dan tidak ada masalah sedikitpun.

Hari terus berlanjut kisah kami berdua tak sampai di semester satu kelas dua belas ini. Bahkan saya pikir semakin hari rasa nyaman terus bertambah dengan dia.

Setelah selesai ulangan semester satu kelas dua belas, biasanya diadakannya Classmeeting antar kelas. Jarak saya dan dia saat itu mulai tak terpantau karena dia selalu bersama temannya dan saya pun sama. Untuk menemuinya pun saya malu karena saya bukan siapa-siapanya dia.

Daripada saya jenuh yang seharinya terus menonton karena saya tidak mengikuti satupun perlombaan saat itu, saya mengajak teman saya untuk bermain badminton di GOR khusus bulu tangkis. Saat di tengah permainan saya mencoba untuk menghubungi dia mengetes apakah dia akan menemui saya dan bermain bulu tangkis bersama. Saya pun menelponnya langsung dan mengajaknya bermain bulu tangkis. Dengan sigap dia berkata " iya tunggu aja."

Sambil bermain saya menunggunya, tak lama kemudia dia datang bersama temannya juga (satu kelas). Disini kami berdua bermain bulu tangkis dengan canda tawa dan bahagia.

Keringat mulai membasuhi wajah dan badan kami, namun semuanya terasa menyenangkan jika ada orang yang kita cintai bermain bersama kita.

Setelah selesai bermain buku tangkis, kamipun bergegas untuk ke sekolah kembali.

Tak hanya di situ, ternyata dia juga senang dengan permainan bulu tangkis tersebut. Sampai-sampai suatu hari saya mengajaknya lagi bermain bulu tangkis, bukan dalam keadaan sekolah pun dia datang walaupun dia hanya perempuan seorang. Memang tempat bermain bulu tangkis tidak jauh dengan rumahnya.

Setelah selesai classmeeting saya pun libur dua minggu. Tak menutup kemungkinan untuk saya dengan dia tak saling berkabar walaupun semuanya hanya lewat sms (Itu juga terkadang). Namun ada beberapa teman kelas yang ingin mengadakan acara hiking ke gunung. Menggunakan waktu libur untuk bersama-sama karena mengingat perpisahan sudah berada di depan mata.

Banyak dari teman kelas yang setuju dengan adanya hal tersebut, termasuk saya. Saya pun mencoba mengajak dia dan membujuknya supaya ikut. Karena dia tadinya bingung masalahnya soal kendaraan. Saya pun mengambil kesempatan ini dengan mengajaknya agar berangkat hiking nanti di motor dengan saya.

Dia saat itu memastikan dulu, jika teman sebangkunya ikut, dia pun akan ikut. Tak lama dia langsung mengabarkan bahwasannya dia pun mau ikut. Secara otomatis dia ikut dengan saya berdua semotor.

Rasa bahagiapun saya rasakan, tak tahu saat itu mau ngomong apa tentang ini semua. Sesegera hari pun ingin cepat segera menjelang besok karena sudah tak sabar lagi.

Hari yang di tunggu-tunggu tiba, saya sangat semangat dengan adanya acara hiking ini. Saya dan teman kelas lainnya janjian di tempat yang sudah di tentukan. Setelah saya sampai ditempat berkumpul, ternyata lelakinya hanya dua orang saja. Saya bingung, bagaimana jikalau motor saya bertiga, padahal saya sudah mempersiapkannya hanya untuk dia saja bukan dengan yang lainnya juga.

Saya pun bergegas mencari cara agar teman kelas saya tidak memberatkan kepada saya, karena mengingat jika bonceng tiga saya sendiri akan kewalahan. Saya dan teman cewe kelas pun menjemput anak lelaki yang berada di daerah tersebut rumahnya untuk menanyakan apakah mau ikut atau tidaknya. Lumayan kami berdua menunggu, tetapi jawaban teman lelaki saya itu menjawab tidak akan ikut.

Otomatis ini semua harus di pikirkan, mengingat ada satu orang yang tidak kebawa. Untungnya ada salah seorang yang sanggup bonceng tiga. Disini saya lega dan terlepas dari kecemasan.

Kali ini saya dan teman-teman hanya tinggal menunggu si dia yang lagi jalan dari rumahnya ke tempat berkumpul (tempat berkumpul dengan rumah dia tak terlalu jauh). Saya pun mencoba sms dia, apakah dia mau di jemput sehubung teman-teman kelas lainnya sudah berkumpul. Dia pun menjawab ngga usah, karena dia lagi jalan kaki di jalan.

Tak lama dia datang dengan pakaian rapih dan tentunya sangat cantik. Saya semakin kegirangan dan semakin semangat dengan kedatangan dia. Setelah datang dia, kami tak langsung melanjutkan ke tujuan karena kami juga mendiskusikan apa yang harus di diskusikan.

Setelah selesai berbincang dan berdiskusi, akhirnya kami berangkat ke gunung yang kami tuju. Jaraknya lumayan jauh sekitar 20 KM kurang lebih.

Sentuhan pertama ketika dia menduduki jok motor, lagi-lagi saya tak henti hentinya merasakan bahagia. Dia seperti kekasih saya sendiri walaupun belum tentu dia juga jatuh cinta kepada saya.

Saat di motor pun kami berdua berbincang-bincang sambil merasakan rasa malu. Dengan santai seakan dijalanpun terasa ingin menikmati lama, karena saking asyiknya mengobrol dengan dia.

Setelah sampai di kawasan kaki gunung, ternyata jalannya yang begitu menanjak hampir 90°, sampai-sampai yang bermotor harus sendiri sampai atas dan yang di bonceng motor harus jalan kaki. Saya sebenarnya ga tega melihat dia harus jalan kaki menanjak, karena itu semua demi keselamatan semuanya.

Tak lama kemudian, teman kelas perempuan ada yang pingsang karena kelelahan saat menanjak tanjakan tadi. Kami semua merasa panik atas kejadian ini, dan langsung dirawat ditempat dengan alat seadanya.

Setelah berusaha menyadarkannya kembali, akhirnya orang tersebut sadar dan siap jika menanjak ke puncaknya.

Sebelum ke puncak saya dan teman teman lainnya berfoto-foto terlebih dahulu sambil menikmati kesejukan alam dan indahnya pemandangan.

Kami pun melanjutkan perjalanan langsung menanjak ke puncaknya. Disini saya mencoba agar tidak di sangka pacaran dengan dia untuk selalu tidak berduaan. Seakan akan saya dengan dia biasa biasa aja (ya memang gak pacaran).. hehe

Sesampai di puncak, kami teman sekelas membuka nasi yang dibawa di rumah dan makan sama-sama. Setelah makan saatnya untuk berselfie dan menikmati keindahan diatas puncak gunung tersebut.

Saya pun tak meninggalkan moment ini untuk berfoto dengan dia. Walaupun awalnya saling malu-malu kucing untuk berfoto, akhirnya memberanikan diri selfie berdua dengan menggunakan tongsis dia.

Saat itu saya dan dia tidak sadar, bahwasannya pakaian kami sama seperti Couplean, padahal saya dan dia tidak janjian soal pakaian apapun. Dilihat dia menggunakan jilbab pink dan baju silver agak kecoklatan. Pakaian saya pun sama bergaris pink dan dominan silver agak kecoklatan. Lagi-lagi ini hal kebetulan...

Saya heran kenapa hal kebetulan ini terjadi. Namun saya anggap ini semua memang hal kebetulan biasa saja.

Setelah berpuas foto-foto diatas puncak, kami teman kelas segera turun mengingat waktunya yang semakin siang dan panas. Sebelum pulang tidak lupa dengan soal kewajiban dan tidak meninggalkannya yaitu shalat dzuhur dulu sebelum pulang.

Setelah shalat dzuhur kami dan teman kelas pun berangkat pulang. Dengan tawa dan bahagia kala itu saya rasakan. Saya merasa puas kali ini dengan dia, diwaktu pulang pun ketika di perjalanan pulang, saya tetap berbincang-bincang dengan dia.

Saya mencoba menawarkan kepada dia untuk diantar sampai depan rumahnya. Tetapi dia menolaknya dan lebih baik diturunkan di tempat berkumpul tadi. Tidak hanya itu disini gelang saya pun di pinjam sama dia. Entah apa maksudnya gelang saya dipake ditangan dia bahkan hingga berhari-hari.

Saya sendiri dengan hal seperti itu justru senang, mungkin dia juga bisa merasakan apa yang saya rasakan selama ini.

Waktu terus belanjut, hingga tiba saatnya saya masuk sekolah setelah libur panjang. Memasuki semester dua mungkin beberapa bulan lagi saya akan lulus SMA. Untungnya saya dan teman kelas mempunyai acara lagi selepas UN nanti ada jalan-jalan dan bayarnya pun bisa di cicil dari jauh-jauh hari .

Saya dan dia sudah tak canggung lagi ketika ingin mengobrol hal sesuatu walaupun sudah beberapa minggu tidak bertemu. Saya teringat saat itu dia bilang "Kamu apakah ada orang yang akan memberi oleh-oleh di adik kelas?" Memang saat itu adik kelas sedang tour ke jogja acara rutin setiap tahunnya. Saya jawab kepada dia "tidak ada." Saya pun bertanya balik kepada dia dengan pertanyaan hal serupa.

Dia menjawab , "gak tau aku juga, namun ada adik kelas yang deket sii, tapi bukan siapa-siapa katanya mau beri oleh-oleh nanti pulangnya." Sambil menyebutkan nama yang dia maksud saat itu.

Walaupun mendengar omongan dia, saya sedikit curiga apa yang dia maksud. Namun saya menutup rapat-rapat agar semuanya baik-baik saja.

Selepas dari ucapan itulah saya mulai curiga terhadap dia dan orang yang dia sebut. Apakah ada kaitannya dengan soal asmara dia dengan orang dia maksud sekalipun itu adik kelas.

Semakin hari curiga saya semakin terus bertambah. Saya pun merasakan hal yang berbeda dari diri dia, ada sedikit yang berbeda dan terasa menjauh dari saya. Tapi tetap saya tidak menunjukkan kecurigaan tersebut dan terlihat baik-baik saja.

Suatu hari selepas saya pulang sekolah, saya langsung membuka HP saya. Saya terkejut dengan postingan dia yang memposting foto laki-laki. Di lihat dari batiknya dia adik kelas. Berarti selama ini yang dia maksud memang benar ada kaitannya dengan asmara mereka berdua.

Saya langsung menanyakan ke dia langsung lewat pesan BBM, menanyakan apakah dia pacarnya. Dia menjawab orang itu bukan siapa-siapanya melainkan memposting foto hanya mematuhi Challenge yang mereka berdua buat.

Dari sini saya langsung merasakan sakit hati, bukannya tidak percaya sama dia akan tetapi merasa hal berbeda dari dia semenjak dia dekat dengan adik kelasnya.

Sayapun mencoba sedikit demi sedikit menjauhi dia, tujuannya biarkan dia bahagia dengan orang lain karena disitulah saya juga merasakan bahagia.

Tak lama dari kecurigaan itu semua, saya mendengar dari teman kelas bahwa dia sudah jadian. Hati saya hancur sehancur-hancurnya mendengar cerita tersebut. Dari sini saya menghapus kontak BBM dan juga nomer telponnya..

Saya merasa dibohongi oleh perkataan dia, kenapa tidak jujur dari awal jika memang dia sedang adanya hubungan asmara dengan adik kelasnya. Mungkin jujur lebih baik daripada mendengar cerita dari orang lain itu menyakitkan.

Saya berpikir mungkin saya harus benar benar menjauh dari dia bagaimanapun caranya. Saya mulai menjauh dan hubungan saya dan dia sudah tak harmonis sepertu yang lalu-lalu. Hati yang sudah hancur lebih mengikhlaskan dia bersama orang lain.

Kurang lebih dua bulan saya dan dia tidak saling bertanya dan bercanda seperti biasanya. Saya takut mengganggu hubungan dia dengan adik kelasnya. Maka dari itu saya mencoba menjauh..

Pada akhirnya UN pun telah tiba, saya tidak merasa kurang semangat karena tidak adanya penyemangat. Mengingat dia sudah milik orang lain, sayapun hanya menyemangati diri saya sendiri. Tapi jika bertemu saat UN terkadang kami berbicara seperlunya saja.

Setelah UN dilaksanakan tidak ada lagi kegiatan belajar mengajar. Beberapa minggu setelah UN ada kegiatan kelas jalan-jalan. Disini untuk mengisi sehari-hari di sekolah pun bebas, sekolah gak sekolah tidak masalah.

Namun suatu ketika, saat saya on facebook tidak tahu kenapa di fb saya terdapat pesan. Pas di cek ternyata dia chatt saya melalui facebook. Mengingat kata dia dulu, dia sudah 2 tahun gak bermain facebook. Tapi baru kali ini dia buka facebook lagi dan chatt ke saya.

Saya pun langsung membalasnya, dan lanjutkan di WA pada saat itu. Saya merasa heran kenapa dia membuka facebook dan men-Chatt saya.

Disini saya dan dia yang tadinya saling cuek kembali seperti dulu kala. Saya pun tak sedikitpun menanyakan hubungan dia sekarang bagaimana. Karena biarkan itu urusan dia karena saya juga sudah ikhlas dengan kejadian tersebut.

Tak lama kemudian, saya mendengar dari teman kelas saya bahwa dia sudah putus dengan pacarnya. Dalam hati kecil saya berkata, pantas saja dia chatt saya di facebook. Memang pada saat itu hubungan komunikasi berdua terputus karena saya sudah menghapus kontak BBM dan nomer teleponnya. Jadi untuk chatt saya jalan satu-satunya lewat facebook.

Saya pun melupakan atas kejadian dia dengan adik kelasnya. Saya pun mulai mendekati dia lagi, ternyata dia membutuhkan perhatian karena baru saja putus dengan pacarnya...

Saya dan dia tak lama bisa se akrab dulu lagi, hingga suatu ketika dia ingin berangkat ke sekolah. Dia tidak ada kendaraan untuk berangkat ke sekolah. Walaupun saya ke sekolah tidak memakai motor tapi naik angkutan umum, saya memberanikan diri bahwasannya nanti saya akan menjemput dia. Dia pun meng-Ia kan tawaran saya.

Untung ada sahabat kelas saya yang memberi motor untuk menjemput si dia. Disini saya menjemput dia tanpa ada rasa malu sedikitpun, sejatinya mencintai itu butuh perjuangan.

Untung saja saya tahu tempat rumahnya, karena dulu waktu bermain alat musik melewati rumahnya.

Sesampai dirumahnya, dia sudah menunggu di luar pagar rumahnya. Tentunya menunggu kedatangan saya yang akan menjemputnya.

Kami berdua memang seperti orang pacaran namun tidak sama sekali. Di boceng di motor berdua memakai seragam sekolah. Memang saat itu terasa malu karena saya malu di lihat oleh orang-orang di sekitar jalan yang melihatnya. Tapi itu semua saya hiraukan.

Sesampai di sekolah, dia langsung menemui teman temannya. Walaupun hal sekecil ini tapi mampu menumbuhkan rasa cinta kembali kepada dia.

Waktu terus berlalu saya dan dia semakin dekat kembali. Saatnya saya dan teman kelas harus menikmati jalan-jalan yang kami kumpulkan selama beberapa bulan lalu.

Tujuan jalan-jalan tersebut adalah ke bandung (kawah putih). Hari yang ditunggu-tunggupun tiba akhirnya. Saya menunggu didepan rumah karena memang jalurnya melewati rumah saya.

Sebelum naik bis, saya pun bersalaman terlebih dulu dengan ibu saya. Terlihat dalam jendela kaca bus dia sedang tersenyum, entah kenapa senyumnya dia menambah semangat hidup. Saya pun masuk kedalam bus dan sudah memesan kursi paling depan.

Selama di dalam bus memang saya dan dia tidak mengobrol, karena saking fokusnya melihat jalan yang saya lalui saat itu.

Kurang lebih 4-5 jam, akhirnya kami teman sekalas pun sampai di tempat tujuan. Udaranya yang dingin dan gerimis kecil mulai turun membuat kami harus memakai sweeter yang hangat.

Saat akan memasuki tempat penginapan, dia menawarkan barangnya tolong dibawa. Sesegera mungkin saya membawa barangnya tersebut.

Setelah beberapa lama istirahat, saya dan teman kelas melanjutkan untuk melihat kawah putih dengan menaiki mobil odong-odong. Memang benar dikala naik mobil dinginnya bukan main. Setelah saya cek suhunya disana tembus 16°C di siang hari.

Sampai di kawah putih, saya berfoto-foto dengan teman kelas. Karena moment ini jangan sampai terlewatkan mungkin sekali seumur hidup. Saya pun tak melewatkan berjalan berdua dengan dia dan berfoto berdua. Hingga foto kami berdua seperti foto Freeweding , ujar dia.

Saya dan teman-teman pun sudah puas dengan berfoto, melanjutkan ke tempat penginapan.

Sebelum waktu sore tiba, disini saya mengajak dia untuk melihat pemandangan di sekitar penginapan. Jelas saja kami berdua pergi ke tempat Flying Fox namun kelihatannya sudah tak digunakan lagi. Sehubung banyak teman saya yang melihat kesana. Karena jika kami berdua tanpa ada siapa-siapa, pasti takut di curigai hal yang tidak-tidak. Untungnya ada 4 orang berada di bawah flying fox tersebut.

Saya mengajak dia naik ke tempat flying fox, kelihatan sudah rapuh. Disini kami berdua berbincang sedikit, hingga tertawa dan tersenyum bahagia. Ada moment dimana ketika kami menyebutnya "Kalau kita punya anak, kamu ingin apa?" Dalam keadaan becandaan. Saya dan dia langsung bertatap muka sambil berkata "Cowolah". Lagi-lagi hal ini kebetulan apa memang hati kita dirancang untuk bersama.. (ngarep)

Tak selang beberapa lama, eh teman kami dua orang perempuan datang dan langsung curiga bahwasannya kami berdua jadian, padahal tidak.

Kelihatan dia yang merasa nyaman saat ngobrol dengan saya, semenjak dua orang tadi dia merasa malu. Namun saya bantah dengan kenyataan memang tidak jadian.

Waktu semakin sore dan malam pun tiba.
Ke esokan harinya, saatnya saya dan teman sekelas pulang kerumah masing-masing. Sebelum pulang saya dan dia berfoto dengan mencoret huruf di keningnya masing - masing. Dia mencoret di kening saya dengan huruf "A" dan saya mencoret di kening dia dengan huruf "R".

Mungkin saat itu teman kelas semuanya curiga, namun saya bertindak biasa saja dan menghiraukannya.

Setelah sampai berfoto-foto saya dan teman sekelas pulang kerumah masing-masing.

Setelah jalan-jalan, beberapa hari kemudia saya juga akan di adakannya pensi (perpisahan). Rasa haru dan sedih saya rasakan saat itu. Tapi ketika saya pensi , saya sengaja dekat dengan dia agar moment yang terakhir kali ini tidak akan terlupakan.

Saat pensi berlangsung dan setelah selesai berfoto-foto. Saya dan teman kelas ada sesi berfoto satu kelas. Saat akan memasuki ruangan, tiba-tiba di lapangan dia memegang erat tangan saya sambil merangkulnya. Saya langsung melepaskannya perlahan agar tidak terjadi fitnah oleh semua orang.

Tak sampai disitu, setelah selesai pensi. Saya berniat ingin mengantar dia pulang sampai rumahnya, ternyata dia mau diantarkan oleh saya. Saya menunggu dia di mushola karena dia habis teater dengan tim lainnya.

Ketika dia ingin ke gerbang, sayang langsung menemuinya dan mengajaknya untuk diantar pulang. Saya pun mengantar dia pulang sampai depan rumahnya.

=======
Tamat
=======

Pengantaran di depan rumahnya inilah moment terakhir saya dengan dia. Kedepannya hubungan kami tak terarah, walaupun tidak ada hubungan apapun. Akan tetapi, saya merasa kehilangan..

Setelah lulus sekolah saya dan dia lose contact, sama sekali tidak saling kabar. Seakan-akan saya dan dia seperti dulu kala tidak saling mengenal.

Tapi apa yang saya rasakan dulu hingga sekarang masih sama mencintainya. Walaupun dia tidak memiliki rasa yang sama seperti saya. Saya mampu memendam perasaan ini bertahun-tahun untuk dia hingga kini.

Apakah yang dirasakan dulu sama seperti saya yang rasakan? Kalaupun tidak, biarlah semuanya akan menjadi sejarah dalam hidup saya.

Sekarang ini saya dan dia memiliki tujuan hidupnya masing-masing, teringat dalam benak hati saya bahwasannya dia ingin menjadi seorang pramugari.

Saya abadikan cerita ini lewat tulisan, suatu saat jika kamu membaca ini jangan pernah lupakan saya. Walaupun dulu tak ada hubungan apapun, namun yang saya rasakan kita melebihi orang-orang yang berstatus pacaran kala itu. romantisnya kita dulu seakan akan secara alami dan mampu di kenang sampai kapanpun.

Terima kasih untuk semuanya..
==============================

Dalam cerita diatas, bahwasannya saya menceritakan :

• Awal mula masuk sekolah
• Awal mula menyukai seseorang
• Jalan mencintai seseorang
• Hingga berubah menjadi jatuh cinta
• Rasa sakit hati
• Rasa mencintai timbul kembali
• Sampai yang terakhir kalinya saya mengantarkan dia didepan rumah

Cerita ini saya tuliskan menurut pengalaman yang saya lalui dulu, mencintai seseorang namun tak mampu mengungkapkannya. Hingga saat ini menjadi sebuah misteri yang belum dipecahkan.

Biarlah waktu berlalu, mungkin tuhan sudah mempersiapkan jalan saya dan dia masing-masing.. walaupun tak berjodoh namun kenangan semuanya tak akan terlupakan.

You are is the best..
Thanks you..


Post a Comment for "Cerita Kisah Cinta di Masa Putih Abu"