Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Awal Mula Pendakian Gunung Gede dan Cerita Mistis Gunung Gede Pangrango Via Sarongge

Kisah mistis ketika mendaki Gunung Gede Pangrango dan awal mula mendaki gunung gede Via Sarongge - Sudah lama saya mendambakan pendakian ke gunung gede pangrango dengan tujuan ingin melepaskan rasa penasaran saya. Terutama ingin bertemu dengan bunga Edelweis ( Si bunga abadi).

Keindahan gunung gede pangrango
Pohon bunga Edelweis, bunganya belum muncul

Sejak duduk di bangku SMP saya sering mengkhayal ingin sekali mendaki gunung gede pangrango tersebut. Karena sejak SMP saya sering berangkat sekolah menggunakan angkutan umum. Dari sini cerita saya dimulai..

Ketika di dalam angkutan umum, saya sering melihat gunung yang menjulang tinggi sekali sehingga membuat pikiran saya ingin segera mendaki gunung tersebut. Gunung tersebut terlihat jelas dengan sinaran matahari yang menyorotinya dengan begitu indah.

Saya bertekad suatu saat nanti, saya akan mendaki gunung tersebut dengan penuh harapan dan ke optimisan yang begitu kuat.

Sejak itu saya sering searching tentang gunung gede pangrango, melihat keindahan hanya dibalik foto saja membuat tekad ini semakin kuat untuk mendaki gunung tersebut.

Hampir setiap hari saya melihat gunung gede pangrango dari kejauhan ketika berangkat sekolah. kurang lebih dua tahun berlanjut, setelah saya lulus SMP keinginan mendaki gunung gede masih belum terlaksana.

Oh ya, sebelumnya saya pernah mendaki gunung Sanggabuana. Waktu itu ketika saya akan melaksanakan UN (Ujian Nasional) di SMP, saya dan teman-teman sempat mendaki gunung sanggabuana H-4 UN di SMP. Ini ceritanya Pendakian perdana-Gunung Sanggabuana Via Cibeureum

Dari mendaki gunung sanggabuana saya mendapatkan pembelajaran yang berarti. Dari sana saya mengerti akan kehidupan di hutan yang masih asri dan benar-benar alami. Memang soal ketinggian gunung sanggabuana ini sekitar kurang lebih 1000 MDpl. Tapi di setiap perjalanan memiliki banyak arti sebagai referensi nantinya ketika mendaki gunung yang lebih tinggi lagi.

===============================
Singkat Cerita
===============================

Saya pun sudah lulus sekolah SMA, tapi tekad saya untuk mendaki gunung gede pangrango masih kuat . Keinginan untuk bertemu dengan Si bunga abadi masih melekat dalam diri saya.

Setelah lulus SMA saya melanjutkan pilihan hidup saya untuk masuk pesantren di Cianjur. Memang keputasan ini sudah benar-benar bulat.

Untuk masuk pesantren saja, saya benar-benar harus beradaftasi lagi dengan yang lainnya. Karena tak ada seorangpun yang saya kenal.

================================
Beberapa bulan kemudian...
================================

Hari demi hari saya semakin akrab dengan teman-teman yang ada di pesantren ini . ( Ya, seperti orang biasanya yang sudah kenal sudah tak canggung lagi ketika saling sapa dan bercanda).

Saya tak sangka, ternyata salah satu teman saya yang bernama Asep. Dia adalah putera dari Kuncen gunung gede pangrango.

Saya pun ngobrol dengan si Asep tersebut dan menanyakan hal-hal yang selama ini saya simpan dalam hati. Menanyakan rasa penasaran saya serta keingin tahuan soal gunung gede pangrango ke si Asep.

Memang benar ternyata dia sudah beberapa kali mendaki gunung pangrango dengan ayahnya. Hal tersebut menjadi kesempatan saya untuk terus bertanya, rasa penasaran saya pun terpecahkan satu demi satu.

Dari sini saya mulai mengajak ke si Asep tadi untuk mendaki bareng saya. Karena saya ingin sekali mendaki ke gunung gede pangrango. Dia pun langsung merespon dengan kata "Ayo" .

Hati saya gembira ketika keinginan yang hampir 5 tahun belum terlaksana, akhirnya sebentar lagi terlaksana. Berkat bertemu dengan teman saya di pondok yang bernama Asep tadi.

Saya pun mulai mengajak teman-teman pondok saya untuk mendaki bareng ke gunung gede pangrango. Teman-teman saya pun merespon dengan kata "ayo, Siap !!" .

Wah, melihat semangat dari teman-teman saya membuat hati ini merasakan terharu. Karena impian yang selama ini saya dambakan akan tercapai . ..(Mungkin kalian pernah merasakan hal yang sama).

Selang beberapa bulan, Si Asep memberi kabar kepada ayahnya yang sebagai kuncen gunung gede tadi untuk mendaki dengan anak-anak pondok. Memang hampir semua anak pondok ingin ikut mendaki, tapi sebagian pun ada yang tidak ikut .

Jadwal keberangkatan pun sudah terjadwal oleh kuncen gunung gede.

Hari demi hari saya lewati dengan perasaan yang sudah tak sabar lagi ingin mendaki gunung gede. Namun ketika H-2 mendaki kuncen gunung gede membatalkan keberangkatan dengan alasan cuaca buruk ( memang pada saat itu sedang musim hujan dan musim angin). Seketika saya langsung sesak nafas dan merasakan kesedihan. Karena yang saya dambakan hanya selangkah lagi akan gagal.

Tapi, saya terus mengusahakan dengan teman saya yang bernama Aldi untuk bicara ke si Asep agar pendakian ke gunung gede pangrango harus jadi. Bagaimanapun caranya harus jadi walaupun dengan keadaan cuaca yang setiap harinya terus memburuk.

Selang beberapa hari, si Asep menanyakan kembali kepada ayahnya tentang soal pendakian. Ternyata ayahnya si Asep menentukan tanggal kembali untuk soal pendakian .

Saya kembali gembira dengan kabar tersebut di susul oleh teman-teman saya merasakan hal yang sama.

Sebelumnya saya juga pernah membaca ke misrtisan tentang gunung gede tersebut. Ada beberapa kasus orang yang meninggal ataupun hilang yang sampai saat ini belum di temukan. Tapi cerita mistis tersebut tak membuat saya mundur.

Hari demi hari saya lewati, akhirnya jadwal keberangkatan mendaki gunung pun di mulai...

Sebelum berangkat ketua pondok meminta izin terlebih dahulu kepada pengasuh pondok, agar selamat hingga pulang kembali.

Peralatan yang saya bawa dan teman teman pun seadanya. Tidak seperti para pendaki profesional atau yang sudah mahir. Memakai tas pun diantara kami tas biasa, bukan tas keril . Sepatu juga sepatu biasa, bukan sepatu gunung. Membawa bajupun seadanya, tapi tetap keselamatan harus dijaga walaupun minim keamanan.

Dari pondok saya dan teman teman naik angkutan umum pada pukul 4 sore. Berhenti di ramayana Cianjur untuk membeli bahan-bahan masak nantinya.

Tujuannya sekarang ini, saya dan teman pondok lainnya akan menginap satu malam di rumah kuncen gunung gede atau rumah si Asep. Karena keberangkatan mendaki besok pagi.

Sudah sampai di rumah si Asep, saya dan teman pondok di sambut baik oleh keluarga kuncen gunung gede.

Ke esokan harinya, saya packing barang-barang yang saya butuhkan untuk dibawa nantinya ke gunung gede. Jalur yang akan saya hadapi ini bukan jalur resminya lho..
Melainkan jalur ilegal yang biasanya di lewati oleh kuncen gunung gede. Jalur ini dinamakan jalur saronggè.

Memang pada saat itu jalur resmi di tutup seperti biasanya dari bulan Desember sampai bulan Maret. Bukan berarti kami tidak izin ke pihak TNGGP ya, sebelumnya kuncen gunung gede sudah memberi tahu bahwa akan mendaki gunung gede sebagai laporan. Pihak TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) merespon dengan baik dan memperbolehkannya.

Sebelumnya jalur yang saya lewati ini bukan rekomendasi jalur yang layak, karena jalannya pun jarang tersentuh oleh kerumunan manusia.

Saya pun berangkat dengan hati yang gembira dan tak lupa berdoa agar selamat. Setelah di hitung ternyata rombongan saya 17 orang (ganjil). Tapi itu semua merasa aman ketika ada pendampingnya yaitu kuncen gunung gede.

Disini saya harus melewati perkebunan warga, biasanya kalau di cipanas itu karena udara nya dingin, rata-rata warganya bercocok tanam sayuran dan daun teh.

Cukup lumayan jauh dari kebun warga hingga sampai di kaki gunung gede pangrango.

Sesampai memasuki kawasan yang di lindungi, ternyata terdapat nama terpampang jelas dengan tulisan "SELAMAT DATANG DI KAWASAN GUNUNG GEDE VIA SARONGGE". Ini menandakan saya akan memasuki kawasan hutan dan memulai pendakian yang sesungguhnya.

Memang terbukti, ketika di tengah perjalanan jalurnya masih setapak dan rimbun pepohonan. Ini menandakan mendaki gunung gede via sarongge (ilegal) ini masih benar-benar alami.

Hujan pun turun di sertai angin, melihat kondisi yang seperti ini hati saya mengeluh dan merasakan ingin pulang. Karena kepala mulai mual dan pusing. Tak seharusnya saya merasakan hal seperti itu, karena ini adalah impian saya dari beberapa tahun lalu. Saya pun bergegas mensugesti diri saya dengan hal-hal positif.

Perjalanan kami pun berlanjut, di dahului oleh pemandu kami yaitu kuncen gunung gede pikiran mistis pun seakan-akan hilang. Namun siapa sangka ditengah perjalanan di hutan yang lebat, kami menemukan jalut buntu ( jurang ).

Kata kuncen gunung gede, seharusnya jalur yang akan kami lewati lurus. Tapi kenapa kami di belokkan ke jalur kiri seakan-akan harus menemui jalur buntu.

Terlihat di dekat jurang terdapat bivak alami yang terbuat dari ranting pohon dan dedaunan bekas menginap. Saya sangka orang tersebut tersesat, sehingga membuat bivak darurat.

Kami pun kembali ke tempat semula dan kembali lagi ke jalan buntu yang tadi. Kenapa harus bertemu dengan jalan buntu tadi ? Kami semua bingung, begitu pula kuncen gunung gede pada saat itu kebingungan. Hampir 3 kali kami di putar balikan ketempat yang sama.

Setelah ke tiga kalinya, kuncen pun bergegas seakan-akan bicara dengan penunggunya disana agar tidak membuat rombongan kami kebingungan menemukan jalan. karena ini tak seharusnya terjadi.

Saya dan teman pondok lainnya di suruh untuk saling berpegangan tangan, agar tak terpisah satu sama lain. Dengan tenaga yang cukup terkuras kami tetap optimis akan menemukan jalan keluarnya.

Akhirnya saya dan rombongan menemukan jalan yang seharusnya di lewati. Percaya atau tidaknya memang ini yang terjadi saat itu.

Saya pun kebingungan, kenapa bisa sampai di sesatkan begitu walaupun bersama kuncen gunung gede. Hati saya terus bertanya di iringi langkah kaki yang sudah melemah.

Tanjakan demi tanjakan saya lalui, segera ingin mencapai puncak sesegera mungkin agar bisa bertemu dengan bunga abadi tersebut.

Tenaga mulai terkuras, hujan terus membasuhi seluruh badan. Tapi, bagaimanapun saya harus bisa mencapai puncak.

AKHIRNYA ...
Saya sampai di Alun-alun surya kencana timur, rasa terharu dan gembira meratapi hati saya. Kesedihan ingin menangis pun ingin saya sampaikan kepada gunung gede ini. Karena saya mampu mendaki gunung gede dengan tekad yang kuat.

Ternyata jalur yang saya lewati, bersampingan dengan HUTAN TERLARANG. Ya jelas sekali memiliki hal-hal mistis ketika di perjalanan.

Tapi hal tersebut saya nikmati dengan kegembiraan. Seakan-akan hal mistis pun hilang ditelan oleh keindahan alun-alun surya kencana yang begitu luas .

Tapi cuaca pada saat itu kurang mendukung, hujan badai terjadi di alun-alun surya kencana membuat saya dan teman pondok kedinginan. Untuk soal bermalam pun sudah tak memungkinkan lagi, karena akan membahayakan semuanya.

Mau tidak mau, saya dan teman pondok harus turun kembali karena cuaca terus memburuk. Akan tetapi jalur yang kami lalui untuk turun melewati jalur gunung putri. Karena jalur sarongge sudah tak memungkinkan lagi untuk di lewati, demi keselamatan kami .

Di alun-alun surya kencana, saya dan teman pondok hanya menghabiskan waktu setengah jam ( 30 menit ) saja.

Tapi walaupun sebentar di alun-alun surya kencana dan tak menjumpai puncak, hati saya tetap senang.

Ya, tak sewajarnya gunung yang memiliki ketinggian 2958 MDpl ini harus di tektok pulang pergi. Mau gimana lagi karena cuaca yang semakin memburuk.

Akhirnya saya dan teman pondok beserta kuncen gunung gede turun dengan penuh bahagia.. rasa lelah terbayarkan ketika melihat keindahan di gunung gede pangrango tadi.

===============================
Suatu saat saya ingin kembali ke gunung gede membawa istri saya.
================================

~ TAMAT ~

Kesimpulan yang dapat di petik dari cerita diatas adalah :

• Bermimpilah setinggi mungkin, walaupun keadaanmu tak akan mencapainya. Akan tetapi suatu saat akan tercapai dengan jalan yang begitu indah.

• Jangan berputus asa apa yang kamu inginkan, berusahalah karena semuanya butuh pengorbanan.

• Mengkhayal lah selagi impianmu belum terlaksana, karena perjalanan untuk mencapai sesuatu dimulai dari mengkhayal.

Cerita mistis gunung gede pangrango
Rombongan saat mendaki gunung gede pangrango, hanya bermodalkan seadanya.

Cerita ini menurut pengalaman saya nyata. Ambil hikmah dari cerita diatas.

Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada:

• Kuncen Gunung Gede
• Teman-teman pondok (PPMQ) Cianjur

Sangat bersyukur bisa bertemu dengan kalian, dan mengabadikan lewat tulisan ini.

Post a Comment for "Awal Mula Pendakian Gunung Gede dan Cerita Mistis Gunung Gede Pangrango Via Sarongge"